Last Updated on October 3, 2023 by appkey
Live shopping telah menjadi fenomena yang tak terelakkan di Indonesia, mengubah cara konsumen berbelanja dan bisnis berpromosi. Seiring dengan naik daunnya model marketing ini, ada berbagai tantangan dan peluang yang muncul dibaliknya. Apa saja itu?
Dilansir dari abc.net.au, berikut pembahasan tentang fenomena belanja terkini satu ini di Indonesia. Yuk disimak selengkapnya!
Daftar Isi
Fenomena Live Shopping di Indonesia
Live shopping sedang booming di Indonesia, tetapi pemerintah tampaknya ingin mengawasi tren ini lebih dekat.
Live shopping adalah konsep dimana seseorang, bisa jadi influencer atau selebritas, menjual produk dalam siaran langsung di media sosial atau aplikasi belanja. Konsumen memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan penjual dan mendapatkan barang seringkali dengan harga spesial, sementara informasi penjualan diberikan kepada vendor secara real-time.
Pengalaman Richard Lee
Spesialis kecantikan Indonesia, Richard Lee, mencetak 8 miliar rupiah dalam waktu kurang dari tiga jam dengan menjual produk perawatan kulitnya secara live pada bulan Agustus. Dalam sesi live lainnya pada awal September, Dr. Lee kembali mencatatkan keberhasilan dengan mengumpulkan 5,5 miliar rupiah dalam satu setengah jam. “Ini sungguh tak terduga. Saya sama sekali tidak menyangka,” ujarnya saat berbicara dengan ABC.
Bayangkan saja, beberapa toko besar membutuhkan satu bulan untuk mencapai angka penjualan seperti itu, namun Dr. Lee berhasil dalam hitungan jam saja. Tren live shopping kini sedang naik daun di Indonesia, dengan banyak pengecer yang melihat potensi laba besar dalam waktu singkat.
Dr. Lee memanfaatkan Shopee Live, sebuah fitur di aplikasi Shopee untuk menjual produknya. Menurut Mr. Lee, berjualan melalui live streaming ini “sangat mudah”. Dengan bantuan dua atau tiga staf atau co-host, penjualan bisa langsung dimulai. “Tidak harus dari toko, Anda bahkan bisa melakukannya dari rumah” tambahnya. Cukup dengan sebuah telepon, ponsel, Anda sudah bisa memulai.
Shopee Live saat ini menduduki posisi teratas sebagai platform live shopping paling digemari di Indonesia, disusul oleh TikTok Live, demikian hasil survei yang dikeluarkan oleh perusahaan riset pasar Populix. Survei lainnya dari Populix yang diterbitkan pada Mei menunjukkan bahwa dari 1.000 konsumen, 800 di antaranya telah mencoba berbelanja melalui media sosial. Dari sekian banyak, TikTok Shop ternyata menjadi platform belanja media sosial yang paling banyak diminati.
Pemerintah dan Pandangan Tentang Live Shopping
Meski tren live shopping semakin marak, pemerintah Indonesia sedang mempertimbangkan pelarangan transaksi di media sosial berdasarkan regulasi perdagangan yang baru. Ada kekhawatiran bahwa praktik penjualan dengan harga miring di platform media sosial dapat mengganggu keseimbangan pasar offline dan pengecer konvensional di Indonesia, salah satu negara dengan ekonomi terkuat di Asia Tenggara.
Peraturan perdagangan saat ini memang belum spesifik membahas tentang transaksi yang dilakukan melalui live di media sosial. Jerry Sambuaga, Wakil Menteri Perdagangan, menyatakan kepada anggota DPR bahwa perpaduan antara media sosial dan perdagangan bisa menjadi masalah. Dia mencontohkan bagaimana penjual memanfaatkan fitur live di TikTok untuk berjualan.
Dalam revisi yang sedang dipersiapkan, ada indikasi kuat bahwa praktik live shopping seperti ini akan dilarang, menurut pernyataan Sambuaga.
Laporan dan Dampak Lainnya
Laporan media di Indonesia menunjukkan bahwa banyak usaha kecil yang tidak memiliki platform berjualan online merasa terjepit. Pelanggan sering membandingkan harga produk di toko fisik dengan harga diskon yang ditawarkan selama siaran live shopping, mengakibatkan penurunan keuntungan bagi mereka.
Namun, Anggini Setiawan, Juru Bicara TikTok Indonesia, berpendapat berbeda. Menurutnya, pemisahan antara media sosial dan e-commerce justru akan menghalangi laju inovasi. “Ini bukan hanya menghambat perkembangan inovasi tetapi juga berpotensi merugikan pedagang dan konsumen di Indonesia,” ungkapnya.
TikTok, yang dioperasikan oleh perusahaan teknologi besar dari Tiongkok, ByteDance, memiliki pengaruh besar di kawasan Asia Tenggara. Dari 325 juta pengguna aktif setiap bulannya, 125 juta di antaranya berasal dari Indonesia. Menariknya, di Indonesia sendiri, tercatat ada sekitar 2 juta usaha kecil yang berjualan melalui platform TikTok Shop.
Dampak Pada Dunia Kerja
Fenomena live shopping ini juga berdampak pada dunia kerja. Sebagai bukti, bila Anda melihat di situs pencarian kerja seperti Indeed, dalam kurun waktu 30 hari terakhir saja, ada lebih dari 200 iklan lowongan pekerjaan khusus untuk live streamer, baik di Jakarta maupun di berbagai tempat lainnya di Indonesia.
Yeta Purnama, seorang peneliti dari Center of Economic Studies and Law Studies (CELIOS), melihat dua sisi dari perkembangan fenomena belanja live streaming di Indonesia. Di satu sisi, pertumbuhan pasar ini tentunya membuka lebih banyak peluang pekerjaan, sebuah angin segar di tengah situasi ekonomi yang fluktuatif.
Namun, di sisi lain, ada sebuah kesenjangan yang cukup mencolok. Purnama menyoroti perbedaan pendapatan antara usaha kecil biasa dengan toko-toko yang dikelola atau dimiliki oleh tokoh masyarakat dan influencer. Influencer atau public figure akan dengan mudah menarik minat penonton, berkat popularitas dan magnetisme mereka, berbanding terbalik dengan usaha kecil biasa yang kemungkinan akan kesulitan melakukannya. Siaran langsung yang dilakukan tokoh masyarakat, public figure, atau influencer tidak hanya meningkatkan jumlah penonton tetapi juga berdampak signifikan pada minat pembeli terhadap produk yang ditawarkan.
Inovasi Bisnis di Era Live Shopping
Pertumbuhan fenomena live shopping di Indonesia tak hanya mempengaruhi konsumen dan pedagang, tetapi juga telah memicu inovasi bisnis yang baru. Tak lama berselang, sebuah video viral di media sosial seperti Instagram dan TikTok memperlihatkan sekelompok penjual yang sedang asyik mempromosikan produk mereka. Yang unik adalah, mereka berada di dalam ruangan-ruangan kecil yang hanya dipisahkan dengan dinding partisi. Dalam video tersebut, kita bisa melihat bagaimana mereka berkomunikasi dengan audiens mereka melalui perangkat seluler yang ditempatkan di atas tripod mini.
Namun, apa yang tampak seperti settingan seadanya di video, ternyata adalah bagian dari konsep bisnis inovatif sebuah start-up bernama Social Bread. Start-up ini terinspirasi oleh konsep belanja live yang tengah populer di Tiongkok.
Lydia Susanti, salah satu pendiri sekaligus chief operating officer dari Social Bread, menjelaskan esensi dari bisnis mereka. “Kami berupaya menciptakan platform yang mengintegrasikan usaha kecil menengah serta brand-brand lokal dengan para content creator dan streamer lokal,” ujar Lydia saat diwawancarai oleh ABC.
Konsep Social Bread
Konsep unik ini terwujud dalam bentuk kantor berlantai dua di Jakarta. Dengan 14 “kotak” berukuran variatif, kantor ini mampu menampung hingga 20 streamer setiap harinya, memberikan mereka ruang untuk berinteraksi dengan audiens dan mempromosikan produk-produk lokal dengan lebih personal.
Para streamer, sebagian besar dari mereka adalah generasi muda yang memiliki keahlian dalam membuat konten, dianggap sebagai mitra oleh perusahaan. Selain itu, perusahaan juga memberikan mereka pelatihan dan mengkompensasi mereka berdasarkan proyek yang dikerjakan. Mereka dilengkapi dengan gadget dan alat-alat untuk merekam video, yang memungkinkan mereka melakukan sesi belanja live selama dua jam di TikTok Live.
Bagi usaha kecil yang ingin memanfaatkan layanan ini, biaya manajemen media sosial perusahaan ditetapkan dalam kisaran 8,5 juta hingga 10,5 juta rupiah per bulan. Susanti membagikan salah satu kesuksesan terbesar perusahaan, yaitu saat membantu sebuah bisnis sepatu lokal meraih pendapatan hingga 2,5 miliar rupiah dalam satu bulan.
“Live shopping merupakan salah satu metode paling efektif untuk mempromosikan produk anda,” ungkap Susanti. “Kelebihan live di media sosial adalah adanya interaksi dua arah dengan pelanggan, berbeda dengan konsep live di TV yang bersifat satu arah.”
Dr Lee, yang konsisten mempromosikan produk kecantikannya melalui platform, yakin bahwa ini adalah masa depan bisnis. “Saya percaya trend ini akan terus berkembang. Saat ini, toko offline mulai sepi sementara live streaming semakin diminati,” ujarnya. “Mau tak mau, tugas kita adalah beradaptasi dengan era digital.”
Kesimpulan
Live shopping telah merevolusi industri ritel di Indonesia, memberikan peluang besar bagi para pelaku bisnis untuk berinteraksi langsung dengan pelanggan mereka. Meskipun ada potensi tantangan dari regulasi pemerintah, tren ini menunjukkan bahwa adaptasi dan inovasi dalam dunia digital adalah kunci untuk masa depan perdagangan di negara ini. Sebagai pengusaha dan konsumen, kita harus mempersiapkan diri untuk menyambut era baru dalam belanja online. Semoga informasi ini berguna ya!
Ingin mendapatkan lebih banyak tips penting tentang pengelolaan bisnis dan bisnis online? Follow MARKEY adalah solusinya! Klik https://markey.id/ atau download MARKEY APP di Play Store maupun AppStore agar tidak ketinggalan info artikel bisnis terbaru setiap hari. Sampai jumpa lagi!
*thumbnail source: <a href=”https://www.freepik.com/free-vector/online-shopping-concept-landing-page_5032288.htm#query=live%20shopping&position=11&from_view=search&track=ais”>Image by pikisuperstar</a> on Freepik
Jasa Pembuatan Aplikasi, Website dan Internet Marketing | PT APPKEY
PT APPKEY adalah perusahaan IT yang khusus membuat aplikasi Android, iOS dan mengembangkan sistem website. Kami juga memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menjalankan pemasaran online sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda.