Last Updated on February 5, 2024 by APPKEY-ARIANI
Di era digital saat ini, semakin banyak pelaku bisnis beralih ke transaksi non-tunai. Mereka mulai menerima pembayaran dengan kartu kredit atau debit, transfer bank, e-wallet, QRIS, dan metode pembayaran digital lainnya. Hal ini tentu memudahkan konsumen dalam bertransaksi. Namun disisi pedagang, ada biaya tambahan yang muncul dari penggunaan fasilitas pembayaran digital ini, yaitu biaya Merchant Discount Rate (MDR) untuk mesin EDC, dan MDR QRIS untuk metode pembayaran QR Bank Indonesia.
Apa sebenarnya Merchant Discount Rate itu dan mengapa hal ini penting diperhatikan para pelaku bisnis? Merchant Discount Rate adalah biaya potongan yang dikenakan oleh bank atau payment gateway kepada pedagang atas setiap transaksi kartu kredit atau debit. Besar potongannya biasanya 1-3% dari nilai transaksi. Tujuannya adalah untuk menutupi biaya operasional dan risiko pengembalian dana akibat dispute.
Penting bagi para pelaku bisnis untuk memahami seluk-beluk Merchant Discount Rate. Dengan mengetahui komponen biaya dari setiap transaksi digital, pedagang bisa menyusun strategi penetapan harga yang tepat agar keuntungan tetap terjaga. Nah, mari kita bahas selengkapnya!
Daftar Isi
Definisi Merchant Discount Rate (MDR)
Apa itu Merchant Discount Rate? Ini adalah biaya potongan yang dikenakan oleh bank penerbit kartu kredit atau debit kepada pedagang yang menerima pembayaran menggunakan kartu tersebut.
Merchant Discount Rate dihitung dalam persentase dari nilai transaksi yang dilakukan. Misalnya Merchant Discount Rate sebesar 2%, maka untuk transaksi senilai Rp1.000.000 akan dikenakan biaya Rp20.000. Besaran persentase ini bervariasi antar bank dan jenis kartu yang digunakan.
Cara kerjanya adalah bank akan memotong fee Merchant Discount Rate dari nominal yang akan dibayarkan ke pedagang. Sebagai contoh, untuk transaksi Rp1.000.000 dengan persentasenya 2%, maka:
– Nilai transaksi = Rp1.000.000
– Merchant Discount Rate 2% = Rp20.000
– Bank akan membayarkan ke pedagang senilai Rp1.000.000 – Rp20.000 = Rp980.000
Jadi Merchant Discount Rate secara efektif mengurangi pendapatan pedagang atas setiap transaksi kartu kredit atau debit. Ini adalah imbal jasa yang diberikan ke bank penerbit sebagai kompensasi atas jasa pemrosesan transaksi dan penanggung risiko atas kemungkinan dispute transaksi oleh pemegang kartu.
Konsep Merchant Discount Rate ini pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat pada 1950-an, ketika kartu kredit mulai populer digunakan. Pada masa itu, pedagang masih ragu menerima kartu kredit karena risiko penipuan dan ketidakpastian pembayaran cukup tinggi.
Merchant Discount Rate hadir sebagai insentif agar pedagang mau menerima kartu kredit dengan mengalihkan risiko kredit ke bank penerbit. Seiring berjalannya waktu, Merchant Discount Rate menjadi praktik standar yang melekat pada setiap transaksi kartu kredit dan debit hingga saat ini.
Komponen MDR
Dalam setiap transaksi kartu kredit atau debit, Merchant Discount Rate yang dikenakan ke pedagang sebenarnya terdiri dari beberapa komponen biaya, yaitu:
1. Biaya Interchange
Ini adalah biaya yang dibebankan oleh jaringan kartu (Visa, Mastercard, dll) kepada bank penerbit kartu. Besarannya biasanya 1-2% dari nilai transaksi. Biaya ini untuk menutupi risiko kredit, biaya sistem otomasi, dan keuntungan jaringan kartu.
2. Biaya Issuer
Yaitu biaya yang ditetapkan oleh bank penerbit kartu. Biasanya sekitar 0,5-1% dari nilai transaksi. Ini merupakan keuntungan bagi bank penerbit sebagai imbalan atas jasa memproses transaksi dan menanggung risiko kredit.
3. Biaya Acquirer
Ini adalah biaya dari bank acquirer atau payment gateway yang menyediakan mesin EDC dan menyalurkan dana ke pedagang. Besarannya sekitar 0,5-1% dari transaksi.
4. Biaya Network
Biaya tambahan dari jaringan kartu untuk keperluan teknis seperti kliring, otorisasi, dan transfer dana antar bank. Biasanya sekitar 0,1-0,5% dari nilai transaksi.
Jadi Merchant Discount Rate sebenarnya terdiri dari penjumlahan keempat komponen biaya tersebut. Pedagang tidak perlu membayar secara utuh dan langsung. Pembayarannya dipotong secara otomatis dari hasil penjualan yang ditransfer bank ke rekening pedagang.
Misalnya dari penjualan Rp1.000.000, bank memotong total 2% atau Rp20.000. Maka pedagang akan menerima pembayaran bersih sebesar Rp1.000.000 – Rp20.000 = Rp980.000. Demikianlah alur pembayaran Merchant Discount Rate bekerja pada setiap transaksi kartu kredit dan debit.
Keuntungan MDR bagi Bisnis
Meski menerapkan biaya tambahan, sebenarnya konsep Merchant Discount Rate memberikan sejumlah keuntungan bagi para pelaku bisnis. Berikut beberapa di antaranya:
1. Mendorong peningkatan transaksi elektronik
Dengan diterapkannya Merchant Discount Rate, pedagang lebih terdorong untuk menerima pembayaran secara elektronik menggunakan kartu kredit atau debit. Hal ini pada akhirnya meningkatkan jumlah transaksi non-tunai dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital.
Selain itu, keberadaan Merchant Discount Rate juga memudahkan konsumen bertransaksi secara cashless. Mereka cukup membayar dengan kartu kredit atau debit tanpa perlu menyediakan uang tunai.
2. Meningkatkan keamanan dan kemudahan
Transaksi elektronik jauh lebih aman dibanding tunai. Resiko kehilangan uang atau kejahatan seperti perampokan bisa diminimalisir. Pencatatan transaksi juga lebih akurat sehingga memudahkan proses rekonsiliasi dan audit keuangan bagi pedagang.
3. Memperluas jangkauan calon pelanggan
Dengan menerima kartu, pedagang bisa melayani pelanggan dari manapun yang membawa kartu dari jaringan yang didukung. Tidak terbatas pada pelanggan dengan uang tunai saja. Hal ini memperluas pasar potensial bagi pedagang.
4. Mendukung operasional bisnis modern
Fasilitas pembayaran elektronik melalui Merchant Discount Rate mendukung pedagang menjalankan bisnis modern dengan sistem dan teknologi mutakhir. Ini membantu meningkatkan kredibilitas dan citra positif perusahaan di mata pelanggan.
Dengan memahami seluk-beluk Merchant Discount Rate, para pelaku bisnis dapat mengambil keputusan tepat, menyusun strategi harga yang baik, serta memaksimalkan keuntungan dari transaksi elektronik. Merchant Discount Rate bukan sekadar biaya tambahan, namun investasi berharga untuk pengembangan usaha.
Cara Menghitung MDR
Merchant Discount Rate dihitung dalam bentuk persentase dari total nilai transaksi yang dilakukan. Rumus dasar perhitungannya adalah:
Merchant Discount Rate = (Total Nilai Transaksi x Tarif Merchant Discount Rate) / 100
Sebagai contoh, untuk transaksi senilai Rp1.000.000 dengan tarif Merchant Discount Rate 2%, maka perhitungannya:
– Total Nilai Transaksi = Rp1.000.000
– Tarif Merchant Discount Rate = 2%
– Merchant Discount Rate = (Rp1.000.000 x 2%) / 100 = Rp20.000
Jadi, untuk transaksi tersebut Merchant Discount Rate yang harus dibayarkan pedagang adalah Rp20.000 atau 2% dari total nilai transaksinya.
Perlu diketahui bahwa tarif Merchant Discount Rate bisa berbeda-beda, tergantung dari beberapa faktor utama berikut:
1. Jenis kartu
Kartu kredit dan debit premium seperti Visa Platinum atau Mastercard Gold biasanya memiliki Merchant Discount Rate lebih tinggi dibanding kartu biasa. Demikian pula kartu debit biasanya lebih murah dibanding kartu kredit.
2. Payment gateway
Setiap payment gateway bisa menetapkan tarif Merchant Discount Rate yang berbeda ke pedagang. Biasanya makin besar skala transaksi, Merchant Discount Rate makin rendah.
3. Bank acquirer
Bank yang menyediakan mesin EDC juga mempengaruhi besaran Merchant Discount Rate karena termasuk salah satu komponen biayanya.
4. Volume transaksi
Pedagang dengan volume transaksi lebih besar biasanya mendapatkan Merchant Discount Rate lebih kecil karena dianggap lebih menguntungkan bagi penyedia layanan pembayaran.
Dengan memahami metode dan faktor-faktor penentu Merchant Discount Rate, pedagang bisa mendapatkan tarif yang paling kompetitif sehingga keuntungan maksimal.
Dampak MDR pada Konsumen
Meskipun Merchant Discount Rate dikenakan kepada pedagang, pada praktiknya biaya ini seringkali tetap dibebankan kepada konsumen dalam bentuk harga jual produk atau jasa yang lebih tinggi.
Ini karena pedagang harus menutupi biaya Merchant Discount Rate agar keuntungan yang diperoleh tidak berkurang. Akibatnya, konsumen harus membayar lebih mahal saat berbelanja menggunakan kartu kredit atau debit.
Dampak lain bagi konsumen adalah penolakan transaksi kartu di beberapa merchant. Khususnya UMKM yang enggan menerima kartu kredit karena Merchant Discount Rate dinilai memberatkan. Konsumen jadi terpaksa menggunakan uang tunai saat berbelanja di merchant-merchant tersebut.
Oleh karena itu, sangat penting bagi merchant untuk transparan dalam pembebanan biaya Merchant Discount Rate, misalnya dengan mencantumkan klausul “Biaya tambahan 2% untuk transaksi kartu kredit” agar konsumen mengetahui ada tambahan biaya.
Sebaiknya merchant juga selektif dalam menetapkan kebijakan dan tidak membebankan seluruh biaya Merchant Discount Rate ke konsumen. Bila perlu, merchant dapat menawarkan cash discount atau potongan harga 5-10% untuk pembelian tunai agar tidak terlalu membebani konsumen pengguna kartu.
Dari sisi konsumen, edukasi mengenai Merchant Discount Rate dan dampaknya perlu digencarkan agar konsumen lebih bijak dalam menggunakan kartu kredit atau debit. Konsumen harus pintar mencari merchant yang tidak membebankan Merchant Discount Rate atau menawarkan cash discount.
Dengan pemahaman yang baik tentang Merchant Discount Rate bagi seluruh pihak, diharapkan praktik penerapan Merchant Discount Rate dapat berjalan adil, transparan, dan tidak memberatkan satu pihak pun termasuk konsumen. Ini penting demi pertumbuhan ekosistem pembayaran digital yang sehat.
Tantangan dalam Implementasi MDR
Dalam menerapkan Merchant Discount Rate, banyak pedagang menemui hambatan dan kendala seperti:
1. Minimnya pemahaman
Banyak pedagang yang masih awam soal Merchant Discount Rate sehingga bingung mengimplementasikannya atau salah perhitungan. Diperlukan edukasi dan pelatihan Merchant Discount Rate yang memadai agar implementasi berjalan lancar.
2. Teknologi EDC mahal
Biaya investasi awal untuk perangkat EDC cukup mahal bagi UMKM. Selain itu biaya sewa bulanan EDC juga harus ditanggung pedagang. Hal ini menyulitkan adopsi Merchant Discount Rate bagi pelaku UMKM.
3. Proses adopsi rumit
Proses migrasi ke pembayaran digital melibatkan banyak pihak seperti bank dan payment gateway. Lamanya proses approval menjadi penghambat adopsi Merchant Discount Rate. Diperlukan proses yang lebih sederhana agar lebih banyak pedagang tertarik menerapkan Merchant Discount Rate.
4. Potensi penurunan omzet
Sebagian pedagang khawatir penerapan Merchant Discount Rate justru menurunkan omzet karena konsumen enggan membayar lebih mahal dengan kartu. Perlu strategi pricing yang tepat agar hal ini tidak terjadi.
Bagaimana dengan MDR QRIS?
QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) merupakan sistem pembayaran digital berbasis QR code yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Tujuan dari QRIS adalah untuk menstandarisasi berbagai platform QR code yang berbeda-beda di Indonesia, sehingga interoperabilitas antar penyelenggara jasa pembayaran dapat terwujud.
Dalam setiap transaksi menggunakan QRIS, pedagang akan dikenakan biaya Merchant Discount Rate oleh penyelenggara jasa pembayaran. MDR QRIS merupakan imbal jasa yang diberikan kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan QRIS, seperti issuer, acquirer, switching, dan lainnya.
Ketentuan
Bank Indonesia sebagai regulator menetapkan besaran MDR QRIS berdasarkan kategori dan nilai transaksi merchant, dengan ketentuan sebagai berikut:
- Merchant UMI (Usaha Mikro)
– Merchant Discount Rate 0% untuk transaksi <= Rp100.000
– 0,3% untuk transaksi >Rp100.000
- Merchant UKE (Usaha Kecil), UME (Usaha Menengah), dan UBE (Usaha Besar)
– maksimal 0,7% dari nilai transaksi
- Merchant khusus seperti layanan pendidikan, SPBU, dan BLU
– maksimal 0,6%
- Transaksi P2G (pembayaran pajak) dan G2P (bantuan sosial)
– Merchant Discount Rate 0%
Pembagian MDR QRIS ini berlaku efektif mulai 1 September 2023 berdasarkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 23/11/PADG/2021 yang dikeluarkan Bank Indonesia.
Perlu diperhatikan bahwa biaya MDR QRIS wajib ditanggung oleh merchant dan dilarang untuk dibebankan kepada konsumen. Hal ini untuk melindungi konsumen dari adanya biaya tambahan saat bertransaksi menggunakan QRIS.
Latar Belakang Penetapan MDR QRIS
Alasan penetapan Merchant Discount Rate pada QRIS adalah untuk mendorong penggunaan sistem pembayaran non tunai di Indonesia. Tanpa adanya Merchant Discount Rate, bank dan pihak terkait tidak memiliki insentif yang memadai untuk mengembangkan ekosistem QRIS. Merchant Discount Rate diperlukan agar investasi dan biaya operasional dapat tercover dengan baik.
Di sisi lain, penetapan batasan MDR QRIS juga bertujuan untuk melindungi kepentingan UMKM dan konsumen. Jika Merchant Discount Rate terlalu tinggi maka akan memberatkan para pelaku usaha kecil dan menengah. Masyarakat pun akan terbebani biaya tambahan saat bertransaksi.
Oleh karena itu regulasi MDR QRIS perlu menyeimbangkan berbagai kepentingan agar implementasi QRIS dapat berjalan secara optimal. Bank Indonesia berkomitmen untuk terus menyempurnakan sistem QRIS dan memastikan agar semua pihak mendapatkan manfaat.
Dengan penerapan MDR QRIS yang transparan dan adil, diharapkan masyarakat semakin tertarik untuk menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran. Sehingga literasi dan inklusi keuangan Indonesia dapat meningkat, mendukung pertumbuhan ekonomi digital yang merata.
Kesimpulan
Merchant Discount Rate adalah biaya potongan yang dikenakan kepada pedagang atas setiap transaksi kartu kredit atau debit. Merchant Discount Rate terdiri dari beberapa komponen biaya dan diperhitungkan dalam bentuk persentase dari nilai transaksi.
Meski menimbulkan biaya tambahan, Merchant Discount Rate memberikan manfaat bagi pedagang seperti peningkatan transaksi digital. Namun Merchant Discount Rate berpotensi membebankan konsumen jika pedagang mengalihkannya dalam harga produk.
Untuk transaksi QRIS juga diterapkan Merchant Discount Rate dengan skema pembagian yang diatur BI untuk melindungi kepentingan UMKM dan konsumen. Pedagang wajib menanggung MDR QRIS agar tidak dibebankan ke konsumen.
Dengan memahami seluk-beluk Merchant Discount Rate dan aturan mainnya, pedagang dapat mengimplementasikan Merchant Discount Rate pada transaksi kartu maupun QRIS secara optimal, sehingga transaksi digitalnya semakin menguntungkan. Semoga informasi ini berguna ya!
Ingin mendapatkan lebih banyak info, berita dan tips bisnis dan marketing terbaru setiap hari? Yuk follow, subscribe MARKEY agar tak ketinggalan update! Langsung klik https://markey.id/, subscribe, atau download MARKEY APP di Play Store dan App Store. Sampai jumpa lagi!
Thumbnail by pch.vector on Freepik
Jasa Pembuatan Aplikasi, Website dan Internet Marketing | PT APPKEY
PT APPKEY adalah perusahaan IT yang khusus membuat aplikasi Android, iOS dan mengembangkan sistem website. Kami juga memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menjalankan pemasaran online sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda.