Last Updated on May 19, 2020 by
Ketika mendengar kata “margins”, biasanya yang langsung terbayang di benak orang-orang adalah bagian dari layout pada pengetikan aplikasi Microsoft Office. Namun dalam dunia bisnis, istilah margins memiliki arti yang berbeda. Apa itu margins menurut kacamata bisnis? Masyarakat awam yang tidak paham bisa jadi akan kebingungan ketika diminta menjawab apa itu margins dalam dunia ekonomi dan bisnis.
Secara sederhana, margins adalah persentase keuntungan yang didapat dari hasil penjualan suatu perusahaan. Lalu, apa perbedaannya dengan profit dan omset? Untuk mencari tahu jawabannya, yuk berkenalan dengan apa itu margins, apa arti margins, omset dan profit, hingga apa itu margins of error! Simak penjelasan lengkapnya di bawah berikut ini.
Daftar Isi
Apa Itu Margins?
Dalam dunia bisnis, margins adalah keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan produk suatu usaha. Mengapa margins berbeda dari profit dan omset? Agar lebih jelas, mari kita bahas terlebih dahulu apa arti margins sesungguhnya. Apa yang dimaksud dengan margins? Margins adalah persentase dari keuntungan yang didapatkan dari aktivitas penjualan produk milik suatu usaha. Jadi, kata kunci dari margins adalah persentase dari keuntungan.
Tanamkan baik-baik bahwa margins merupakan persentase keuntungan dari setiap produk terjual milik suatu bisnis. Margins juga didefinisikan sebagai jumlah pendapatan bersih yang kemudian dibagi dengan total biaya pengeluaran untuk proses penjualan. Berbeda dengan profit dan omset, besaran nilai margin selalu dikalikan 100% sebab seperti yang dijelaskan di awal, margin disebut dalam bentuk persentase.
Jadi, sudah tahu jelas kan, apa itu margins? Nah, pemahaman ini wajib dikuasai oleh pemilik bisnis untuk menghindarkan kesalahan fatal dimana pebisnis tidak bisa membedakan omset, profit dan margin. Masih banyak terjadi kasus di mana pebisnis menyamakan keuntungan yang mereka dapatkan atau tertukar antara satu istilah dengan yang lain.
Kondisi ini jelas berbahaya. Bayangkan jika Anda mengira telah mendapatkan profit (keuntungan bersih), padahal sesungguhnya yang baru Anda raih adalah omset (total pemasukan seluruhnya). Bisa jadi Anda justru menggunakan omset untuk keperluan konsumtif. Waduh, bahaya banget, kan!
Perbedaan Margins, Omset dan Profit
Margins, Omset dan Profit sama-sama merupakan istilah terkait keuntungan perusahaan. Memahami perbedaan omset, margins dan profit akan sangat membantu Anda dalam mengelola aktivitas penjualan serta pemasukan perusahaan. Lantas, apa perbedaan di antara ketiganya?
Pengertian Omset
Omset merupakan total pendapatan sebelum dikurangi dengan biaya pengeluaran perusahaan. Omset juga dikenal dengan pendapatan kotor usaha. Omset perusahaan biasanya dihitung total dalam kurun waktu atau periode tertentu. Periode omset bisa harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.
Biasanya, meraih omset sebesar-besarnya merupakan tujuan dari mayoritas pebisnis. Hal ini dikarenakan semakin besar omset yang diterima oleh perusahaan, maka akan semakin besar keuntungan yang ia dapat. Cara terbaik untuk meningkatkan omset perusahaan dengan meningkatkan jumlah penjualan produk melalui sistem promosi yang tepat sasaran. Ingat, semakin banyak produk yang laku terjual di pasar, maka omset perusahaan yang diterima pun akan semakin meningkat.
Pengertian Profit
Profit adalah keuntungan bersih usaha dalam kurun waktu tertentu. Berbeda dengan omset, besaran profit telah bebas dari biaya yang dibutuhkan untuk modal produksi dan penjualan. Oleh karena itu, uang profit perusahaan bisa Anda gunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif sehari-hari.
Cara terbaik untuk mendapatkan profit yang maksimal adalah dengan memperbesar margins keuntungan sekaligus menghemat biaya produksi. Semakin banyak produk yang laku dengan biaya produksi kecil dapat membawa keuntungan berlipat untuk usaha. Selain itu, Anda bisa meningkatkan kualitas dan nilai produk. Sebab umumnya, konsumen cenderung dan lebih suka membeli produk berkualitas baik.
Lalu bagaimana cara menghitung profit? Caranya mudah sekali! Anda cukup mengurangkan omset dengan biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan aktivitas produksi dan penjualan. Umumnya, terdapat dua jenis biaya yang muncul dalam aktivitas penjualan. Biaya tersebut adalah:
Fixed Cost (Biaya Tetap)
Fixed cost atau biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan secara berkala. Pengeluaran ini akan tetap ada, dan tidak dipengaruhi oleh kondisi aktivitas produksi.
Contoh fixed cost adalah gaji karyawan. Jika perusahaan Anda memiliki karyawan, mau tidak mau Anda harus memberikan mereka gaji tetap di setiap bulannya tanpa memandang apakah aktivitas produksi di bulan itu berjalan dengan baik atau buruk.
Variable Cost (Biaya Variabel)
Tipe pengeluaran kedua adalah variable cost. Berbeda dengan biaya tetap yang bersifat pasti dari segi waktu dan besaran, biaya variabel bersifat tergantung pada situasi perusahaan kala itu.
Semisal, produksi perusahaan Anda sedang meningkat tajam dikarenakan tingginya permintaan pasar untuk produk. Otomatis, biaya produksi pun akan meningkat dan bisa melebihi pengeluaran produksi di bulan sebelumnya. Begitu pula ketika produksi perusahaan menurun. Adapun contoh dari variable cost adalah biaya listrik, air dan bahan baku.
Profit bersih perusahaan dapat Anda hitung dengan rumus = total omset – biaya pengeluaran (fixed cost + variable cost).
Pengertian Margins
Istilah ketiga adalah margins. Margins merupakan persentase keuntungan dari setiap produk yang laku terjual. Biasanya, pebisnis akan berusaha untuk mendapatkan margins sebanyak mungkin. Oleh sebab itu, margins lah yang berperan dalam penentuan harga barang di pasaran. Umumnya, harga produk akan semakin mahal apabila margin yang digunakan oleh si pemilik bisnis semakin besar.
Di sini, Anda harus pintar dalam memperkirakan harga produk dan margins agar tidak terlalu mahal atau sebaliknya. Produk dengan harga terlalu mahal tentunya akan susah dijual. Apalagi kalau terdapat produk serupa dengan harga yang lebih murah dan terjangkau. Otomatis, pelanggan akan lebih memilih berbelanja di toko yang produknya lebih murah. Perhitungkan matang-matang berapa margins yang bisa Anda terapkan sesuai dengan keunggulan produk.
Anda sudah melihat perbedaan definisi dari masing-masing omset, profit dan margins. Untuk menambah wawasan Anda, berikut ini kami sajikan contoh perhitungan dari omset, profit dan margins pada penjualan suatu produk.
Sebuah perusahaan mobil di bulan Mei 2020 laku menjual 2000 unit mobil baru seharga Rp65.000.000- per unit. Perusahaan tersebut mengeluarkan biaya pemasaran dan produksi sebesar Rp44.500.000. Jadi, perhitungan omset, profit dan bisnis adalah:
Omset : 2000 x Rp65.000.000 = Rp130.000.000.000
Profit : Rp65.000.000 – Rp44.500.000 = Rp20.500.000 per unit.
Margin : Rp20.500.000 : Rp44.500.000 x 100% = 46%
Apa Itu Margins of Error?
Pembahasan terakhir adalah margins of error. Margins of error merupakan batas kesalahan yang bisa diterima dalam suatu perhitungan. Umumnya, margins of error digunakan dalam perhitungan survey. Namun batas kesalahan ini juga dapat diaplikasikan dalam perhitungan keuntungan ekonomi. Tujuannya agar Anda dapat menentukan batasan margin yang paling tepat untuk diaplikasikan pada perhitungan keuntungan.
Kadangkala, Anda tidak bisa langsung mendapatkan besaran persentase margin yang cocok untuk produk. Bisa jadi, margin yang Anda gunakan terlalu tinggi sehingga harga produk terlalu mahal ataupun sebaliknya. Jadi, sebelum terburu-buru menetapkan keuntungan yang bisa diraih per produk, sebaiknya Anda melakukan riset terlebih dahulu.
Itulah dia pembahasan lengkap apa itu margins, omset dan error hingga apa itu margins of error. Sekarang Anda sudah paham, apa itu margins? Semoga artikel ini bermanfaat memperluas wawasan Anda, ya!
[marketing-about]
Jasa Pembuatan Aplikasi, Website dan Internet Marketing | PT APPKEY
PT APPKEY adalah perusahaan IT yang khusus membuat aplikasi Android, iOS dan mengembangkan sistem website. Kami juga memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menjalankan pemasaran online sehingga diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan Anda.